Khamim dan Hadzic

Tidak jarang hal-hal yang luar biasa tampil dalam kehidupan anak manusia. Melakukan sesuatu, mudah-mudahan karena niat yang tulus, memperlihatkan bahwa tekad dan usaha yang besar berkemungkinan ia dicapai. Jalannya bisa jadi berbeda-beda. Mereka yang menemukan hasil dari usaha besar, mendapatkan kebahagiaan atas capaian itu.

Dari segi semangat, ada kesamaan antara Khamim dan Hadzic. Khamim saya tahu dari berbagai media, sedangkan Hadzic saya baca melalui sebuah buku. Kedua mereka melakukan perjalanan panjang yang tidak ada orang lain melakukannya. Bahkan mungkin orang lain belum berpikir untuk melakukannya.

Mochammad Khamim Setiawan, masih 28 tahun, dikabarkan jalan kaki dari Pekalongan, Jawa Tengah menuju Mekkah, Arab Saudi. Mulai berangkat 28 Agustus 2016, menempuh sekitar 9.000 kilometer. Tanggal 19 Mei 2017 ia tiba di Abu Dhabi. Sebelum masuk haji musim 2017, ia sudah tiba di tanah suci. Perjalanannya lebih cepat dari yang ia perkirakan.

Satu lagi, namanya Senad Hadzic. Usianya 48 tahun, ketika mulai melakukan perjalanan dengan jalan kaki, Sabtu, tanggal 10 Desember 2011. Perjalanannya tak tanggung-tanggung. Dari tempatnya bekas kawasan perang, Bosnia, menuju Mekkah, yang sampai pada Jumat, tanggal 31 Agustus 2012. Total perjalanan mencapai 8,5 bulan. Tujuannya hanya satu: menunaikan ibadah haji. Perjalanan pulang dan pergi antara Bosnia dan Mekkah, mencapai 5.700 kilometer. Mujahidin Nur, dalam buku Senad Nadzic Naik Haji Jalan Kaki 5700 km dari Bosnia, mengungkap perjalanan panjang Nadzic. Ia melintasi dua benua, dua gurun pasir, dan tiga lautan. ia melewati tujuh negara: Bosnia, Serbia, Bulgaria, Turki, Suriah, Yordania, hingga mencapai Arab Saudi. Ia menahan diri sampai pada suhu panas mencapai 50 derajat dan suhu dingin minus 37 derajat.

Menurut Mujahidin Nur, ada dua alasan penting yang membuat Nadzic menempuh jalan panjang itu. Pertama, ia tidak memiliki uang yang cukup untuk melakukan perjalanan penting dalam hidupnya dengan kendaraan. Kedua, sejak dua tahun sebelumnya, ia bermimpi berkali-kali untuk melakukan perjalanan ini. Bisa dibayangkan bagaimana ia melewati berbagai kondisi. Kawasan bekas perang dan kawasan yang sedang berperang. Dengan berbagai kabar kawasan perang yang tidak membuatnya berhenti melaju. Bahkan ketika dalam kondisi sakit sekalipun, ia tetap melanjutkan perjalanan.

Perjalanan Khamim lebih jauh dari Hadzic. Khamim mencapai 9.000 kilometer, sedang Hadzid 5.700 kilometer. Namun bagi saya tidak soal berapa jauh orang menempuh perjalanan, melainkan pada suatu perjalanan panjang yang tidak lazim dilakukan anak manusia.

Menurut saya, dua hal itu tidak bisa dianggap remeh. Mereka berdua telah berpadu dengan tekad kuat dalam diri dan sesuatu yang awalnya sebagai impian atau mimpi, lalu dijadikan tekad sebagai sesuatu yang mesti dicapai. Cara seseorang untuk mencapai impian bisa berbagai macam. Dan Khamim dan Nadzic telah menampakkan perjuangan mencapai impian dengan cara tak biasa. Dan kenyataannya, dia bisa melakukannya.

Nadzic dan Khamim adalah salah dua orang yang melihat sesuatu yang bagi orang lain mungkin tidak masuk akal, baginya bisa diwujudkan dengan usaha keras. Tidak berhenti pada mimpi. Orang yang hanya bermimpi saja, tidak berusaha apapun untuk meraihnya, maka semua itu tetap menjadi mimpi. Hanya kerja keras yang bisa membuat sebuah mimpi menjadi kenyataan. Sebesar apapun mimpi, apabila dipadukan dengan usaha dan tekad yang dahsyat, maka ia bukan sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

Pada dasarnya, orang seperti Nadzic dan Khamim sedang mengajarkan kita bagaimana mencapai kualitas hidup. Usaha keras tidak saja menuntaskan apa yang diimpikan, melainkan juga mencapai kualitas kehidupan hidupnya yang berlipat. Seseorang yang telah melewati tantangan berat demikian, akan merasakan kebahagiaan hidupnya di hari-hari kemudian, yang dengan modal itu, membuat batinnya selalu optimis untuk mencapai sesuatu. Apalagi sesuatu yang ingin dicapai itu sangat berorientasi melampai dari cita-cita duniawi.

Jadi sebenarnya, dengan usaha yang tidak biasa, apapun yang luar biasa berpeluang untuk selalu bisa dicapai. Sebaliknya, orang-orang yang berhenti dengan usaha yang biasa saja, maka capaiannya juga setaraf dengan tingkat usaha itu.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Diterbitkan oleh kupiluho Sulaiman Tripa

Kolom ini, dalam 400 kata perhari, sebagai ruang belajar, dengan segenap kelemahan. sebagaimana namanya, kupiluho, mudah-mudahan bisa menjadi stimulus siang bagi Anda, Pembaca.

Tinggalkan komentar