Transfer Nilai

Pendidikan bagi seorang anak tidak hanya sebatas transfer pengetahuan, melainkan juga transfer nilai. Transfer pengetahuan bisa dilakukan oleh siapapun, namun untuk transfer nilai, tunggu dulu. Kita bisa melihat bagaimana banyaknya orang-orang yang tidak selaras antara tampilan dengan perilaku sesungguhnya. Ada presenter hebat dengan petuah-petuahnya, ternyata menelantar anak. Guru besar yang memiliki kisah lain bermentalitas lebih rendah dari guru kecil. Atau orang-orang yang tiap hari memberi ceramah kebaikan kepada orang lain, berbeda sekali dengan perilakunya dalam keseharian.

Transfer nilai mendapat banyak tantangan. Bahasa Melayu menyebut cakap serupa bikin. Dalam ungkapan bahasa kita, selaras antara perkataan dan perbuatan. Maksudnya apapun yang kita ungkapkan, semuanya harus mampu kita wujudkan dalam kehidupan nyata.

Sebenarnya tidak masalah ajakan yang sederhana, namun tercermin dalam perilaku hidupnya, dibandingkan mereka yang mengajak sesuatu yang luar biasa, namun corak itu hanya ada di awan-awan. Sesuatu yang melangit dan tidak membumi. Orang tua harus ingat ketika menyuruh anak untuk segera shalat, disertai dengan gerakan cepatnya yang terlebih dahulu untuk shalat. Demikian juga ajakan berhenti merokok atau kampanye bersih, harus dimulai dari pribadi kita sendiri.

Makanya seorang pakar pendidikan penting Indonesia, Arief Rachman, menyebut dua hal tersebut (transfer pengetahuan dan transfer nilai) dapat dicapai, salah satunya melalui keteladanan. Hal ini disampaikan Arief Rachman sebagai testimoni buku Dina Y. Sulaeman yang berjudul Doktor Cilik Hafal dan Paham al-Quran.

Dalam buku ini, dikisahkan seorang anak yang bernama Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i, mendapat Doktor Honoris Causa (doktor kehormatan) dari Hijaz College Islamic University (Inggris) pada tanggal 19 Februari 1998, dalam usia 7 tahun. Ia mendapat kehormatan dalam bidang Science of the Retention of the Holy Quran, setelah diuji dalam waktu 210 menit. Hal yang diuji mencakup menghafal al-Quran dan menerjemahkan dalam bahasa ibu, menerangkan topik ayat al-Quran, menafsirkan dan menerangkan ayat al-Quran dengan ayat lainnya dari al-Quran, bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran, dan metode menerangkan makna al-Quran dengan metode isyarat tangan.

Ada hal menarik yang bisa menjadi ibrah bagi kita, bahwa sesuatu yang luar biasa, akan dicapai dengan persiapan yang luar biasa. Anak ini berasal dari kota Qom, Iran. Orang tuanya, Sayyid Muhammad Mahdi Tabataba’i menikah dalam usia 17 tahun dengan istri yang juga 17 tahun. Mereka berdua dari awal bertekad menjadi penghafal al-Quran, dan tekad itu tercapai 6 tahun setelahnya. Jadi dalam umur 23 tahun, orang tua anak itu sudah menghafal 30 juz al-Quran, dan bukan juz ke-30. Sedangkan Husein menghafal juz 30 pada usia 2 tahun 4 bulan. Dengan demikian, 29 juz lainnya dihafal dalam waktu kurang dari 4 tahun.

Proses hafalan Husein, sudah berlangsung sejak ia masih dalam kandungan. Persiapan bagi anak yang akan menghafal al-Quran sudah didoakan sejak ia masih dalam kandungan. Dalam masa kehamilan Husein, ibunya selalu mengiringinya dengan mambaca al-Quran. Hal tersebut juga dilakukan ketika ia menyusui Husein. Bahkan ketika sebelum menyusui, ibunya selalu berwudhu dan berdoa agar anaknya pintar dan saleh.

Inilah yang menjadi kekuatan luar biasa. Husein bahkan sudah dipersiapkan oleh ibunya secara bersahaja agar menjadi penghafal al-Quran. Bahkan untuk itu, ibunya selalu mengiringinya dengan membaca al-Quran. Di samping itu, ayahnya juga menjaga Husein dengan memberi contoh yang baik tentang apapun yang akan dilakukan Husein. Dengan demikian, apa yang dilakukan Husein pada dasarnya bukan saja pada proses hafalan, namun juga nilai dan semangat menghafal al-Quran yang diturunkan oleh orang tuanya.

Sepertinya semangat inilah yang sering dilupakan orang. Padahal dalam konsep kait-hubung antara intelektual, emosional, dan spiritual, persentase potensi intelektual hanya sebagian kecil saja. Emosional dan spiritual yang sangat membantu pencapaian tekad dan cita-cita manusia, kenyataannya kerap kita nomorduakan. Jadi tunggu apa lagi? Sekiranya menginginkan sesuatu yang luar biasa, persiapkanlah dengan luar biasa mulai sekarang juga.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Diterbitkan oleh kupiluho Sulaiman Tripa

Kolom ini, dalam 400 kata perhari, sebagai ruang belajar, dengan segenap kelemahan. sebagaimana namanya, kupiluho, mudah-mudahan bisa menjadi stimulus siang bagi Anda, Pembaca.

Tinggalkan komentar