Menjaga Semangat Anak

Ada satu kisah yang saya dapat dengan setengah hikayat. Suatu waktu seorang anak kampung dan ayahnya pergi ke kota. Kita tidak bisa membayangkan semua orang yang dari kampung sama posisi dengan kita yang mudah menjangkau kota. Ada orang yang untuk kekota harus berpikir dan mempersiapkan diri sedemikian rupa. Baik dari segi letaknya yang jauh, maupun pada fasilitas yang tersedia atau tidak. Bisa jadi seseorang tinggalnya jauh dari kota, namun tersedia fasilitas untuk menjangkaunya. Dan bisa jadi kondisi keuangannya yang siap untuk membiayainya untuk ke kota.

Atas dasar itulah, harus dipahami bahwa pergi ke kota tak selalu bisa dilakukan oleh semua orang. Bahkan sebagian orang hanya memungkinkan ke kota hanya pada hajat tertentu saja. Bagi orang yang seperti ini, pergi ke kota harus melakukan persiapan khusus.

Orang tua yang memiliki keinginan biasa-biasa saja, respons terhadap apa yang dipikirkan anak juga biasa saja. Ketika melintasi satu gedung bertingkat, di depannya terparkir sebuah mobil mewah. Si anak mendekat segera ingin melihat dari dekat mobil yang hanya pernah dilihatnya di televisi. Apalagi merek mobil yang sangat terkenal dengan harganya yang tidak bisa dibayangkan.

Lagi-lagi soal mewah dan bermerk, tidak semua orang juga memahami. Orang awal sering menyebut mewah untuk mobil haloh. Maksudnya mobil yang dari segi ukuran kecil, tetapi harga tinggi. Umumnya disebut haloih untuk jenis sedan. Namun sekarang ini, minibus mewah tidak kurang jumlah jenisnya.

Sebagian orang tua akan memberi respons terhadap anak agar si anak menjauhi mobil mewah semacam itu. Hal yang ditakutkan orang tua adalah sekiranya sang anak menyentuh mobil yang bisa menyebabkan hal yang tak diinginkan. Hal lain yang biasanya diingatkan adalah agar anaknya hanya melihat dari jauh saja, jangan dekat-dekat. Untuk memilikinya, seorang tua sering mengukur hanya dengan kemampuannya, bukan pada kemampuan anak nantinya. Dengan kemampuannya, orang tua sering berpikir tidak mampu memiliki jenis mobil mewah semacam itu.

Akan tetapi, ada sebagian tipe orang tua yang berpikir sebaliknya. Ketika melihat anaknya mendekati mobil mewah, ada orang tua yang tersenyum dan berusaha menerka-nerka apa yang dipikirkan oleh anak. Tak jarang, ada orang tua yang memberi semangat untuk anak begini: Nak, lihat saja mobilnya sampai puas, belum ada jenis mobil itu di tempat kita, siapa tahu suatu saat kamu bisa memilikinya.

Kisah yang diceritakan guru saya itu menarik, dalam konteks bagaimana sesungguhnya membayangkan apa yang dipikirkan oleh anaknya. Memang kehidupan tak sepenuhnya soal materi, namun kalaulah materi yang menjadi persoalan, banyak orang bisa meraihnya melalui kerja yang jujur dan sungguh-sungguh. Banyak orang yang bisa mencapai cita-cita dengan tidak meninggalkan kejujuran sebagai modal penting dalam kehidupan. Ketika orang tua mengatakan bahwa anaknya suatu saat memiliki peluang memiliki mobil mewah, tidak berarti ia akan memilikinya dengan jalan-jalan yang tidak bisa dibenarkan.

Dengan tekad mewujudkan sesuatu dengan jalan yang lurus, bisa dilakukan dan dicapai oleh siapa saja. Banyak buku biografi dari tokoh, menggambarkan bahwa mereka tidak semua berangkat dari rumah megah dan kota besar. Sebagian besar dari mereka bangkit dengan merangkak, menjalin silaturrahmi dengan banyak orang, dan melakukan usaha mereka dari kecil dengan sungguh-sungguh.

Maka sepertinya, respons yang diberikan orang tua terhadap anak berpengaruh terhadap anak bagaimana mereka akan menggapai cita-cita dalam hidupnya. Ketika ada pertanyaan untuk Anda sebagai orang tua yang sudah memiliki anak, respons apa yang Anda berikan kepada anak berpikir tentang kemewahan? Bukan tidak boleh untuk anak-anak bercita-cita setinggi langit. Menjadi seseorang yang mantap dari akidah, mapan dari segi kualitas hidup, dan berkualitas dalam hal menjalani kehidupan.

Jadi ketika Anda melihat anak melihat sesuatu yang mewah, orang tua bukan tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh sang anak. Kita harus membayangkan bisa jadi, bahwa apa yang dipikirkan oleh anak, jauh melebihi dari apa yang kita pikirkan.

Karena jauh melampuai, orang tua perlu menjaga semangat anak untuk hidup lurus. Hidup dengan jujur. Hidup dengan tidak menggadai akidahnya hanya untuk mencapai sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan sepenuhnya.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Diterbitkan oleh kupiluho Sulaiman Tripa

Kolom ini, dalam 400 kata perhari, sebagai ruang belajar, dengan segenap kelemahan. sebagaimana namanya, kupiluho, mudah-mudahan bisa menjadi stimulus siang bagi Anda, Pembaca.

Tinggalkan komentar