Detik-detik Terakhir

Semua orang tidak tahu bagaimana akhir dari hidupnya. Orang-orang yang bertekad baik, akan berdoa agar sepanjangan perjalanannya hidupnya berjalan baik. Demikian juga dengan ujung hidupnya, selalu didoakan agar mendapat akhir yang baik.

Doa semacam ini penting, karena tidak semua orang baik akan berakhir dengan baik. Kita berharap semua orang baik akan berhadapan dengan akhir yang baik. Namun seperti sebuah pertandingan sepakbola, kadang-kadang kekalahan ditentukan pada detik-detik terakhir. Sepanjang permainan, tim sudah mempersiapkan pertahanan yang bagus, dan bisa menjebol gawang lawan. Akan tetapi banyak yang terbalik suasana ketika mendekati peluit akhir. Dengan waktu yang tersisa, bukan saja tim lawan berhasil membalas, malah bisa membuat gol untuk kemenangan mereka.

Manusia juga berpotensi demikian. Sepanjang perjalanan hidupnya berjuang dalam suasana yang baik. Dengan kondisi yang selalu prima. Namun dalam perjalanan, sedikit saja tergelincir, implikasinya buruk. Makanya sedikit pun jangan menganggap remeh pada hal-hal yang kecil, karena sekecil apapun masalah bisa membuat seseorang jatuh dalam jurang yang dalam.

Saya punya kisah seorang yang hebat. Orang hebat ini adalah bekas preman kampung. Tinggal di sebuah lorong yang sekitar enam tahun lalu, sarangnya para peminum. Tidak heran, di sini dulu, tidak berlampu. Ada deretan tempat duduk yang disusun dari bekas tong kayu –maksud saya bekas-bekas tong bekas dari pasar.

Di lorong gelap inilah, orang ini dan teman-temannya menghabiskan malam. Mereka ingin tampak luar biasa, namun waktu itu belum tahu bagaimana caranya agar terlihat luar biasa. Jalan yang dipilih adalah mabuk. Akan tetapi bukan tanpa hambatan. Pemasukan yang tidak jelas karena rata-rata mereka tidak memiliki pekerjaan, akhirnya memiliki minuman yang bisa memabukkan dengan harga murah. Jalannya adalah minuman oplosan. Waktu itu, ketika pagi melewati lorong ini, melihat bekas sachet tertentu yang sesungguhnya racun. Entah bagaimana pertimbangan, benda itu lalu dicampur dengan alkohol dan minuman berenergi.

Begitu ketika orang ingin menampakkan wajah yang luar biasa, yang hasilnya justru sebaliknya. Ketika saya pulang kembali, saya mendengar kabar tentang berbagai perkembangan luar biasa. Melewati lorong ini, sesudah enam tahun, berbeda sekali dari waktu itu. Yang luar biasa lagi, orang-orang dulu, kini sudah berubah menjadi aktivis sosial di dalam masyarakat.

Setelah enam tahun, lewat lagi dilorong ini, sudah terang dan dipasang beberapa lampu. Tidak ada tempat duduk, apalagi setelah tengah malam ada sekelompok orang yang tidak jelas tujuannya. Bekas preman kampung ini kini menjadi orang yang mengumpulkan dana sosial apabila ada musibah di kampung, atau memberitahukan ke warga bila ada yang meninggal. Sering juga menjadi muazin dan ketika ada pengajian di masjid, orang ini mengatur tempat duduk dan konsumsi. Ia yang memasuk dan membuat teh atau kopi dan menghidangkannya untuk jamaah pengajian. Banyak hal yang dibantunya secara sukarela di kampung itu. Bahkan untuk hal-hal yang orang lain agak sungkan.

Orang ini, tubuhnya agak kecil. Sekarang sudah ramah, setidaknya begitu yang saya tangkap dari pengalaman saya mengenalnya –dulu jarang berbicara. Pekerjaan aslinya sebenarnya seorang tukang. Ia bisa membuat rumah, bisa juga mengerjakan yang lain –khususnya yang terkait pertukangan. Pekerjaan ini belum lama. Ia lakoni ketika umurnya sudah hampir senja.

Setelah habis pengajian, malam Jumat yang lalu, saya memilih tidak langsung pulang ke rumah. Saya menyempatkan diri ngobrol banyak dengan orang ini. Karena sudah sedikit kenal, banyak hal yang ia cerita –dan bagi saya, itu sangat mengharukan. Ia memilih menjadi pekerja, ketika ia merasa bahwa kebutuhan hidup harus dipenuhi dengan usaha. Sebelumnya, terutama ketika masa muda, ia menghabiskan waktu untuk hal yang tidak pada tempatnya. Ia termasuk orang yang sudah terbalik pola hidupnya: malam untuk bersosialisasi, sedangkan siang untuk tidur hingga matahari terbenam. Satu hal yang sudah ia tinggalkan.

Akhir perjalanan yang menyimpan misteri. Kita tidak tahu apakah orang baik itu akan berakhir hidupnya dengan baik. Sebaliknya apakah orang jahat masa muda apakah selalu berakhir hidupnya dengan buruk. Beberapa pengalaman memperlihatkan belum tentu demikian. Ada orang yang rusak di awal, namun bagus di akhir. Sekiranya kita termasuk sebagai orang baik di awal, maka berdoalah agar juga mendapat kondisi yang baik di akhir kehidupan. Amin.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Diterbitkan oleh kupiluho Sulaiman Tripa

Kolom ini, dalam 400 kata perhari, sebagai ruang belajar, dengan segenap kelemahan. sebagaimana namanya, kupiluho, mudah-mudahan bisa menjadi stimulus siang bagi Anda, Pembaca.

Tinggalkan komentar