Meneliti dengan Bahagia

Pertanyaan terkait untuk apa kita melaksanakan tugas, bukan sesuatu yang aneh. Tidak sedikit dari kita hanya melaksanakan tugas sekedar melepaskan kewajiban. Tidak lebih. Ketika sudah dilaksanakan, sesuai dengan jadwal, tidak peduli bagaimana respons dan diterima para konsumen. Orang yang menjalani profesi, sering pada posisi ini. Mengejar sesuatu yang menjadi kewajibannya untuk diselesaikan. Asal sudah selesai.

Orang semacam itu, tidak akan merasakan proses melaksanakan kewajibannya hingga ke ulu hati. Sekedar melepas kewajiban tadi untuk mendapatkan hak sebagaimana diperjanjikan. Kita bekerja di mana pun, selalu ada kontrak yang menegaskan apa kewajiban dan hak apa saja yang akan kita terima.

Semua aktivitas, seyogianya dilakukan dalam suasana yang berbunga-bunga. Terlepas kewajiban yang di pundak kita mudah atau sulit diselesaikan. Bisa jadi aktivitas tertentu yang membutuhkan perjuangan lebih dari biasanya. Namun seberat apapun hal yang mesti dilakukan, ada orang yang bisa melaksanakannya dengan baik. Saya yakin tidak semua mampu melakukan demikian. Termasuk dalam hal akivitas ketika sedang di kampus.

Tri darma perguruan tinggi, meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, hakikatnya sebagai kewajiban yang harus ditunaikan. Saya sebut kewajiban karena sudah seyogianya mereka yang berada di perguruan tinggi menyadari akan hal yang akan dilaksanakan. Saya akui, realitasnya sering berbeda. Tidak semua akademisi, misalnya, mampu menghasilkan artikel ilmiah dengan baik. Kadang-kadang dari jumlah yang ditentukan, malah tidak mampu menyelesaikan satu pun.

Ada korelasi ketiganya. Pendidikan dan pengajaran, idealnya juga didukung oleh data lapangan. Saat memgulas sesuatu, tidak lepas dari realitas yang ada dalam kehidupan kita. Demikian juga mereka yang melakukan penelitian lapangan. Idealnya, mereka juga melihat apa yang sedang dikembangkan atau berkembang dengan pesat. Jika ini bisa berjalan, maka sungguh tidak akan ditemui adanya masalah.

Praktis, tidak semua orang mampu menyelesaikan penelitian bahkan pengabdian dalam tahun berjalan. Bahkan ada yang untuk kewajiban pendidikan dan pengajaran saja tidak mampu diselesaikan dengan baik. Hal ini harus menjadi catatan dan evaluasi dalam setiap tahapan proses di kampus.

Atas kepentingan itulah, proses ini juga harus didukung oleh kondisi psikologis kita. Semua yang kita laksanakan, berdasarkan rasa bahagia yang tiada tara. Dalam pelaksanaan bagian pendidikan, kita sering meraasa hanya perlu menunaikan sekedar melepas kewajiban. Tidak lebih. Perasaan termasuk penentu penting dalam satu aktivitas. Apalagi suatu aktivitas yang membutuhkan perhatian dan konsentrasi.

Tentu langkah ini bisa saja berat. Orang yang berhasil melakukannya, merasakan dampak yang luar biasa. Perasaan ini yang penting dicapai. Kondisi yang diidamkan dan dengan kondisi itu kita mampu melaksanakan kewajiban dengan baik dan bahagia.

Diterbitkan oleh kupiluho Sulaiman Tripa

Kolom ini, dalam 400 kata perhari, sebagai ruang belajar, dengan segenap kelemahan. sebagaimana namanya, kupiluho, mudah-mudahan bisa menjadi stimulus siang bagi Anda, Pembaca.

Tinggalkan komentar