Melirik Belakang

Minggu ini sedang ada pembicaraan hangat mengenai kemiskinan. Ada rumah dhuafa yang tertunda dari anggaran, dengan berbagai alasan. Pada saat yang sama, kendaraan dinas dieksekusi seperti orang yang membeli kacang rebus di terminal. Ada dua titik yang saling bertolak belakang. Semua memiliki logika. Orang yang mengatakan tidak butuh kendaraan dinas, tentu ada alasannya. Mereka yang membatalkan anggaran rumah dhuafa, juga ada alasan. Sulit untuk mempertemukan dua alasan ini. dalam hal apapun, tidak mungkin semua perbedaan pendapat dipertemukan. Hal yang memungkinkan dilakukan adalah membuat semua bisa saling memahami, walau bukan berarti menyetujui. Orang yang bisa memahami berbagai hal yang dilakukan orang lain, tidak berarti harus setuju dengan apa yang dilakukan orang tersebut.

Saya jadi teringat apa yang dilakukan mahasiswa kelas saya dalam setiap diskusi. Ada kebiasaan dalam satu kelas, saya mengawasi dengan diskusi ringan makalah yang sudah mereka buat. Tidak semua mereka mempersiapkan dengan bagus. Saya kira sama saja seperti dosen, saat pelaksanaan tugasnya tidak selalu mempersiapkan dengan baik. Ada dosen yang hanya untuk menghabiskan waktu. Tetapi catatlah bahwa banyak dosen juga serius. Ketika memberikan tugas kepada mahasiswa bukan asal-asalan, tetapi memang diperiksa. Tugas yang diberikan itu, pada dasarnya untuk mengkomunikasikan bagaimana cara pemahaman mereka terhadap kasus yang diberikan. Tentu tidak semua mereka, sepertinya halnya dosen, memahami masalah dengan baik.

Saat pendengar diberikan kesempatan oleh mereka yang presentasi, untuk bertanya, tidak semua mahasiswa menggunakan kesempatan itu secara serius. Ada sebagian dari itu, hanya bertanya untuk menunjukkan bahwa ia aktif. Kadang-kadang ada penanya yang sepertinya tidak memahami apa yang ditanyainya itu. Hal yang menarik adalah bagaimana pun pertanyaan yang muncul, mereka akan berusaha menjawabnya, menurut kemampuan mereka. Sama seperti penanya, mereka yang menjawab bisa jadi pada saat tertentu tidak tahu apa yang dijawabnya. Tahap terakhir proses, mereka selalu akan menanyakan kepada temannya yang bertanya, apakah sudah mengerti dengan jawaban yang diberikan. Dalam diskusi, tentu pertanyaan ini tidak dibutuhkan. Tidak penting mereka akan setuju atau tidak. Bagi saya yang jauh lebih penting adalah pemahaman mereka terhadap apa yang disampaikan.

Berbagai realitas kehidupan, yang dijalani untuk masa depan, tidak mungkin tanpa menoleh ke belakang. Seperti kendaraan yang menyediakan kaca samping, bukan untuk melihat ke belakang terus-menerus. Kaca itu untuk mempermudah sopirnya mengontrol saat terus melaju ke depan. Jendela muka untuk melihat sesuatu dari depan –jalan yang paling mudah dilakukan. Seperti sepotong spion yang dibutuhkan dalam setiap kendaraan, seharusnya jendela belakang juga penting untuk menemukan berbagai kondisi sekeliling tempat tinggal kita. Melirik ke belakang tidak selalu harus menjadi tujuan utama. Melirik ke belakang bisa menjadi tujuan tambahan, dalam rangka mengarungi tujuan utama untuk melaju ke depan. Orang yang melaju kencang, tidak boleh lupa menoleh ke belakang, karena dengan begitu, ia tidak kehilangan kontrol.

Diterbitkan oleh kupiluho Sulaiman Tripa

Kolom ini, dalam 400 kata perhari, sebagai ruang belajar, dengan segenap kelemahan. sebagaimana namanya, kupiluho, mudah-mudahan bisa menjadi stimulus siang bagi Anda, Pembaca.

Tinggalkan komentar